|
image by google |
REPUBLIKA.CO.ID, KASHMIR -- Ramadhan adalah bulan penuh berkah dalam
kalender umat Muslim. Karena itu, seluruh Muslim diwajibkan berpuasa
dibukan ini. Puasa tidak dimaksudkan untuk mendatangkan kesulitan bagi
individu Anda.
Alquran bahkan secara khusus membebaskan sejumlah golongan untuk tidak
berpuasa, misalnya orang yang sakit, musafir, orang yang mengidap
gangguan mental, orang tua renta, wanita menyusui, ibu hamil, hingga
wanita menstruasi.
ROLers, berikut adalah sejumlah pertanyaan yang sering diajukan tentang kesehatan puasa selama Ramadhan.
Profesor Mohammad Sultan Khuroo yang merupakan dokter ahli sekaligus
mantan Konsultan dan Kepala Gastroenterology, Hepatology dan
Transplantasi Hati di Rumah Sakit King Faisal Specialist & Research
Centre, Riyadh, Arab Saudi mencoba memberikan sejumlah pertanyaan dan
jawabannya, dilansir dari Greater Kashmir, Kamis (26/6).
T: Dokter, saya ada ulkus di lambung. Dapatkah saya berpuasa?
J: Pasien dengan penyakit ulkus atau maag akut tidak bisa sembarangan
berpuasa sebab akan mengalami pengendapan ulkus dan akhirnya mengalami
infksi, misalnya infeksi Helicobacter pylori. Pasien yang sering
mengalami pendarahan di ulkus diutamakan untuk menjalani penyembuhan
ketimbang berpuasa.
Studi menunjukkan bahwa pasien dengan ulkus peptikum telah menunjukkan
peningkatan asam dan hormon gastrin yang menghasilkan asam dari lambung.
Dengan demikian, pasien dengan tukak lambung ini akan mengalami borok
dan berdarah jika memaksakan puasa. Maka, mereka sebaiknya tidak
berpuasa karena alasan medis.
T: Dokter, fidyah itu berlaku untuk siapa saja?
J: Fidyah itu adalah sumbangan yang harus dibayar seseorang yang tidak
bisa memenuhi kewajiban puasanya karena sakit atau usia tua. Pembayaran
fidyah bisa berupa memberi makan orang mikin setiap hari puasa atau
setara satu kali makan masing-masing untuk dua orang atau dua kali makan
untuk satu orang. Jika dalam bentuk uang, fidyah itu juga berbeda-beda
disetiap negara.